Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 02 November 2011

HIBRIDISASI VEGETATIVE


Tanaman Dicotyeledone (tanaman berkambium) bisa disambungkan batangnya satu dengan yang lain, dengan cara yang harus dimengerti arti langkah-langkahnya.
Di batang, cabang dan ranting  dan akarnya ada sel-sel yang tergabung dalan jaringan meristematis / mempunyai kemampuan membelah, melapisi xylem bagian luar dan melapisi phloem bagiam dalam. Jadi cambium, jaringan yang mampu tumbuh, artinya sel-selnya selalu membelah diri, menyebabkan batang dapat menjadi besar, artinya di cambium ini ke dalam membentuk xylem dan keluar membentuk phloem. Semua jaringan ini adalah berkas pembuluh-pembuluh yang micoscropis, dan hidup, artinya setiap sel jaringan jaringan phloem, xylem dan cambium masih mempunyai protopasma, vacoula, mitochondria dan inti sel.
Sebetulnya orang hanya belajar dari alam, kadang dua batang yang tumbuh mepet ternyata secara alami bisa nenyatu, luka bisa utuh kembali.
Ini disebabkan aktivitas cambium membentuk jaringan yang belum terdiferensiasi dinamakan callus.
Semenjak orang tahu kemampuan Dicotyledone dengan cambiumnya, orang mulai dengan menyambungkan atau meng-okulasi tanamannya dengan tujuan tertentu.
Semula hanya untuk fancy, satu pokok mawar bisa mempunya macam macam  warna bunga, macam-macam varietas buah, satu pohon.
Setelah diamati lebih lanjut, ternyata terungkap kemampuan baru, misalnya yang kita tahu, disambungnya ketela pohon (Manihot esculenta L) dengan ketela karet (M. glaziovii L) pohonnya besar tapi tidak berumbi akar, kok tumbuh jadi satu tanaman ketela pohon yang mampu menumbuhkan umbi akar yang luar biasa besarnya konon disetiap pameran pertanian dipertontonkan. Ketela pohoh “Mukibat” ini sambungan (Forum Keja Sama  Agribisnis – Wikipedia)
Bila ndak saya ingatkan nanti ubi kayu ini di-claim tetangga yang ndak punya malu gimana? Lantas dikasih nama ubi kayu “tengku fakhry” terus didaftar di Biro Patent International, lantas bila ada diantara kita yang menyambungkan ubi kayu “mentega” dengan ubi kayu “karet”, singkong gorengnya dijual di warung di Saudi Arabia, lantas  ditarik royalty?
Sifat baru tanaman yang disambungkan yang  tidak nampak mata ternyata dimengerti oleh Pekebun buah buahan yang bepengalaman dan kemudian menjadi keahlian mereka, batang bawah varietas yang mana cocok dengan varietas yang mana, bahkan ada yang menyambungkan species yang satu terhadap species yang lain yang ternyata cocok (compatible), jadi penyambungan antar species dalam batas satu familia, pun biasa.
Sejak itu orang menamakan hybridisasi vegetative, yang mempunyai kemungkinan penyatuan organisme tumbuh tumbuhan bercambium dalam familia yang sama, sedangkan hybridisasi generative hanya mungkin terjadi polinasi yang baik  dalam batas satu species saja  (jadi antar varietas saja)
Pekebun Anggur (Vitis vinifera L) di Europa tidak mungkin berkebun anggur bila tanamannya dari berbagai cultivar unggul mereka yang terseleksi ratusan tahun tidak disambungkan dengan batang bawah anggur yang tahan terhadap hama Phylloxera (hama sebangsa kutu akar) yaitu species anggur setengah liar dari Amerika Utara.
Seleksionis mereka susah payah mencari anggur Amerika yang mampu memunculkan hampir semua sifat-sifat yang dikehendaki dari cultivar-cultivarnya yang unggul, jadi bibit culivar  cultivar “baru”,  disediakan sudah merupakan kombinasi tetap antara batang atas dan batang bawah dan  sudah merupakan ciri culitvar, termasuk potensi panennya. Celakanya bila oleh kurang pengertian Peneliti kita, anggur anggur cultivar dari sana trus diperbanyak dengan cara di setek, di tanam di Probolinggo, hasil panennya tentu saja sangat tidak memuaskan Tidak heran cultivar kita hanya satu “Probolinggo biru” selama lebih dari 40 tahun, sedangkan bibit yang  dari Europa (kalau ndak salah diberi Raja Spanyol) untuk dicoba di kebun percobaan Probolinggo karena kurang banyak clone-nya,  trus disetek, dalam ujian potensi panen selalu tidak lulus, wong harus hidup di perakarannya sendiri yang kebetulan lemah,  Kajadian ini dizaman Orde Baru, jamannya “ewuh pakewuh” apalagi saya lulusan Russia yang omong, jelas tidak didengar.
Pekebun karet ( Hevea brasiliensis L) berusaha membuat batang sadap yang cepat pulih bidang sapadapannya dan banyak mempunyai pembuluh getah dengan batang bawah yang perakarannya kuat dan tahan terhadap  penyakit cendawan, sedang untuk kanopinya juga dipilih dari jenis karet yang kanopinya baik, jadi satu pohon ada dua sambungan, Jadi batang bawah adalah jenis karet yang berperakaran kuat, batang sadap kira kira ssatu meter setengah dengan bidang sadap yang baik, lantas disambungkan lagi ke batang yang kanopinya baik.
  Di Rusia zaman Tsar pada akhir abad 19 , I. V. Michurin seorang Pegawai Jawatan Kereta Api  Kekaisaran Rusia, berhasil memberikan kesempatan hidup kepada batang apel dari daerah selatan yang beriklim sedang (dekat Rumania) ke daerah utara dekat Moscow (dekat lingkaran kutub utara) dengan cara,  berturut-turut menyambungkan batang apel dari selatan ini, beberapa kali disambungkan ke batang bawah pohon apel lokal agak ke utara beberapa tahun, diambil cabangnya dan disambungkan lagi ke batang bawah apel lokal di tempat baru lebih ke utara lagi hidup di sana beberapa tahun, diambil cabangnya dan disambungkan ke batang apel lokal, dari tempat yang lebih ke-utara lagi, berturut turut hingga empat lima kali pindah batang bawah yang makin kuat terhadap iklim yang semakin dingin, akhirnya batang atas apel dari selatan ini tahan hidup di utara dengan batang bawah apel dari jenis lokal paling utara.
Artinya, menurut metoda “mentor” dari Michurin ini pe-nyusu-an beberapa tahun satu individu apel dari selatan  secara brtahap bisa bertahan hidup di daereah dingin, dengan “melatih”nya sebagai  batang atas  secara gradual membiasakan diri ke utara dengan beberapa tahun disambungkan ke apel daerah makin ke utara, dan berhasil.
Ini membuktikan bahwa batang bawah dengan perakarannya dapat mempengaruhi batang atas pada sifat sifat yang kadang tidak kita perhatikan, Michurin berhasil menemukan sifat daya tahan terhadap musim dingin untuk tanaman apel, dan dapat ditularkan ke batang atas. Jadi tanaman hybrida vegetative, dengan metode mentor.
Perkara apakah sifat hibrida vegetative ini diturunkan juga  ke keturunan perkawinan generatip dengan hukum Mendel beserta pengembangan perangkatnya yang menjadi buku tebal untuk menjelaskan, atau dianggap sifat modifikasi saja, seperti peristiwa pemupukan, ya  Hu Allah Hu A'lam.
Sifat-sifat yang mendadak dan acak muncul oleh perubahan gene disebut “mutasi”. Satu dosis bahan kimia colchisin ditaruh di titik tumbuh, atau penyinaran radio aktip bisa menyebabkan mutasi gene. Sayangnya mutasi gene ini tidak bisa diarahkan seperti metode mentor.

  Pemikiran cara Mendel meberikan puluhan hingga ratusan combinasi chromosome, dan jutaan  combinasi gene, sehingga waktu itu sifat tahan terhadap dingin tidak mudah muncul pada hibrida hidrida generatip (biji hybrida) antara apel selatan dan apel utara, biji hasil perkawinannya hampir semua mati pada musim dingin, yang hidup sudah kehilangan sifat sifat baik apel dari selatan.
Bahwa Michurin sangat dihargai oleh Seleksionis di lapangan pada jamannya itu wajar, sabab Genetica Mendel hanya memberikan combinasi chromosome yang sangat banyak dengan banyak crossing over dari satu pasang cromsome (padahal ada puluhan pasang), multiple alellemorphy dari sifat sifat yang tidak mudah encer pada keturunannya,   kemudian jutaan informasi dalam gene yang ada dalam chromosome belum di “artikan” kan semua, sedangkan seleksionis atau Pekebun hanya mencari sifat-sifat yang jelas baik untuk maksudnya dan akan nampak diketurunannya, bila keturunannya ada harapan, dikawinkan kembali dengan si donor sifat baik yang ditandai berkali kali kadang kadang menurut intuisi saja.

  Bahwa akhirnya dalam  “gene” ada DNA  adenin, guanine, cytosine , thymine yang setiap bergandeng tiga secara acak, membentuk  “code” yang ditemukan oleh Watson dan Crick di abad ke-duapuluh, mempunyai kegunaan praktis untuk menyisipkan “code” dari organisme lain menyatu dengan deretan code satu organisme yang dinamakan organisme transgenic, hasil dari rekayasa “code” tersebut, karena langsung nampak dalam sifat baru organisme transegenic tersebut, harus diperkuat dengan upaya seleksi, buku buku Genetica baru “sambung” dengan buku buku Seleksi disini, jadi jangan  bingung.
Disiplin ilmu-ilmu ini bertemunya dalam praktek, misalnya bagaimana memperoleh biji F1 dari organisme transgenic dalam jumlah besar? Ya caranya dari mengumpulkan panen dari setiap mata tunas yang dibiakkan vegetatip si  Transgenic  ini, atau diokulasikan, atau disambungkan, atau dengan di-tissue culture-kan.
Kiranya  penyambungan tanaman  dengan menghindari keturunan kawin sehingga hasil rekayasa gene ini tidak menjadi encer, diperlukan dalam perbanyakan di lapangan nanti.
Upaya ini dapat lebih cepat dinikmati hasilnya dengan memperbanyak keturunan yang dikehendaki dari menggunakan teknik “menyambungkan” ke batang bawah sehingga tidak ada recombinasi baru (asalkan batang bawah yang dipilih nyata kurang banyak “berpengaruh” terhadap batang atas), atau dengan tissue culture/ kultur jaringan, yang masih tunduk pada dalil investasi bisnis ROI (Return on Investment)  4 tahun. (Alat alatnya, phytohormones, chemicals pelarut yang semua pro analisa jadi mahal sekali))
Jadi andaikata mahasiswa yang sudah pinter menyambungkan Tomat dengan Terong, dia bisa pesan biji Tomat dari Breeder International lewat pos, (ada tomat transgenic yang bijinya 5 biji harganya  5 US dollar, pilih yang indeterminate growth informasi dari Google- perkara karantina saya tidak tau) trus ditanam, pucuk-pucuknya  kan lebih dari sepuluh pucuk per tanaman, disambungkan dengan terong,  atau Tomat  Ranti yang setengah liar yang juga indeterminate, ee.. siapa tahu bisa jadi business, meskipun proposal tugas akhir –nya tidak diterima. (*)



  
                                        


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More